• Home
  • Berita
  • 5 Hal yang Buktikan Ketangguhan Hewan Terkuat di Dunia

5 Hal yang Buktikan Ketangguhan Hewan Terkuat di Dunia

Redaksi
Dec 27, 2022
5 Hal yang Buktikan Ketangguhan Hewan Terkuat di Dunia

Bukan singa atau gajah, makhluk mungil inilah yang menjadi hewan terkuat di dunia, tardigrade namanya. Uniknya, penampilan makhluk yang juga disebut sebagai beruang air ini jauh dari kata garang. Sebaliknya, tardigrade tampak imut dan menggemaskan.

Tardigrade termasuk dalam kelompok mikroorganisme yang sangat tangguh dan dapat tumbuh subur di lingkungan ekstrem, bahkan di tempat-tempat yang tidak cocok untuk berlangsungnya sebuah kehidupan.

Untuk bertahan hidup, mereka memeras air dari tubuh mereka dan menggulungnya menjadi bola dehidrasi yang dikenal sebagai tun. Dalam bentuk ini, tardigrade dapat bertahan di lingkungan paling sulit, bahkan di ruang hampa udara.

Sebagai tun, makhluk mikroskopis ini bisa bertahan bertahun-tahun tanpa makanan atau air dan bertahan dari radiasi dan suhu ekstrem. Ketangguhannya itu menjadikan tardigrade kerap dijadikan objek pengujian dalam berbagai eksperimen sains.

Para ilmuwan berharap menemukan apa yang membuat makhluk kecil ini hampir tidak bisa dihancurkan. Mereka benar-benar kecil, ukurannya berkisar antara 100 hingga 1.000 mikron, atau setara dengan ketebalan selembar kertas.

Berikut ini adalah lima eksperimen sains yang pernah dilakukan untuk menguji kekuatan tardigrade, dikutip dari Science Alert.

Pada tahun 2021, NASA mengirim 5.000 tardigrade ke luar angkasa dalam misi pengiriman kargo ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

"Kami ingin melihat 'trik' apa yang mereka gunakan untuk bertahan hidup ketika mereka tiba di luar angkasa. Dan, seiring waktu, trik apa yang digunakan keturunan mereka," kata Thomas Boothby, peneliti utama eksperimen tersebut, dalam pernyataan NASA.

Pada tahun 2007, tim peneliti Eropa mengirim 3.000 tardigrade ke orbit Bumi di luar pesawat ruang angkasa selama 12 hari. Saat mereka kembali ke Bumi, para ilmuwan menemukan bahwa 68% tardigrade selamat .

"Temuan utama kami adalah ruang hampa udara, yang menyebabkan dehidrasi ekstrem dan radiasi kosmik, tidak menjadi masalah bagi para beruang air ini," kata Ingemar Jönsson, pemimpin proyek eksperimen ini.

Pada April 2019, wahana antariksa Israel menabrak Bulan sambil. Di dalam wahana tersebut, ribuan tardigrade yang tengah mengalami dehidrasi ikut serta.

Banyak yang berspekulasi, para beruang air mungkin selamat dari kecelakaan itu. "Kami yakin peluang bertahan hidup tardigrade sangat tinggi," kata Nova Spivack, salah satu pendiri organisasi yang menempatkan tardigrade di luar angkasa.

Menurut para peneliti, setiap tardigrade ini, jika nanti ditemukan masih bertahan hidup di masa depan, harus dibawa kembali ke Bumi untuk direhidrasi di dengan atmosfer tempat asalnya.

Pada tahun 2016, para ilmuwan di National Institute of Polar Research Jepang meneliti tardigrade yang diambil dari sampel lumut beku yang dikumpulkan di Antartika pada tahun 1983.

Setelah merehidrasi mereka, para peneliti berhasil menghidupkan kembali tardigrade yang telah dibekukan selama lebih dari 30 tahun. Para peneliti juga menemukan tardigrade berhasil bereproduksi setelah puluhan tahun berada di kondisi dingin.

Berdasarkan percobaan laboratorium, tardigrade bahkan bertahan hidup pada suhu yang lebih dari dua kali lebih dingin dari suhu terdingin di permukaan Bumi.

Tardigrade dapat bertahan hidup di suhu yang sangat panas. Makhluk ini dapat ditemukan di beberapa lingkungan paling ekstrem di Bumi seperti ventilasi laut dalam, mata air panas, dan lahar gunung berapi.

Namun dalam studi tahun 2020, para peneliti akhirnya menemukan bahwa paparan suhu tinggi dalam jangka panjang, bahkan dalam keadaan hibernasi, dapat membunuh tardigrades hanya dalam sehari.

Dalam penelitian tersebut, setelah terpapar suhu air sekitar 38 derajat Celcius, setengah dari tardigrade dalam sampel penelitian itu mati.

"Kami telah menemukan kelemahan mereka," kata Ricardo Neves, peneliti utama studi tersebut.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa tardigrade mungkin mampu menyebar ke berbagai planet, tak hanya di Bumi. Dalam sebuah studi tahun 2021, para peneliti memuat peluru nilon dengan tardigrade dalam keadaan hibernasi dan menembakkannya ke sasaran pada berbagai kecepatan.

Makhluk itu selamat dari menabrak target dengan kecepatan hingga sekitar 3,2 km/jam. Namun tardigrade yang ditembak dengan kecepatan lebih cepat, hancur berantakan saat terkena benturan.

Mereka ingin menguji apakah tardigrade dapat bertahan dari dampak kosmik seperti meteorit yang mendarat di Bumi, karena hal itu akan membuka peluang terkait dugaan tardigrade bisa menumpang meteorit melintasi kosmos.

back to top